Pastor Rubyatmoko,
Saya adalah salah satu peserta dari Seminar Hukum Kanonik di Balikpapan kemarin.Saya kemarin sebetulnya ingin bertanya, namun saya pikir ini adalah persoalan pribadi dan mungkin membuat tertawa orang yang mendengarnya atau pastor yang menjawabnya, hehehe...
Gini Pastor,Saya termasuk anak nekat dan termasuk berapa persen dari orang-orang di Jawa yaa...yang ga nikah dengan orang Katolik lagi. Saya sudah 1 tahun lebih menikah beda gereja dengan seorang laki-laki (ya pastinya....soalnya dah dicek dan tulen kok :p). Sebelum menikah, saya sempat eyel-eyelan sama ibu saya mengenai ini. Ibu saya 'memaksa' supaya calon suami saya (waktu itu) menjadi Katolik seperti amanat Bapak saya. Saya tidak mau, karena buat saya dan suami, kalaupun harus pindah bukan karena seseorang, tetapi memang panggilannya untuk mengikuti Tuhan dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Saya juga sempat berkonsultasi dengan seorang pastor mengenai hal ini, namun pastor menyerahkan semua keputusannya pada saya.Akhirnya kami menikah di gereja Katolik dan seneeeeeengggg banget rasanya ketika tau bahwa apa yang kami jalani merupakan pernikahan yang sah dan merupakan sakramen =)
Buat kami berdua yang saat ini belum mempunyai keturunan, rasanya sampai saat ini tidak ada masalah mengenai hal itu. Saya dibiarkan oleh suami saya berkembang dalam kegiatan di lingkungan. Tidak ada halangan sama sekali dari dia. Demikian pula saya, membiarkannya kalau dia mengikuti kegiatan di gerejanya. Namun, belakangan ini saya merasa bahwa orang di lingkungan saya bermasalah dengan keadaan saya. Pernah suatu ketika, saat latihan koor orang lingkungan bertanya mengenai suami saya. Ketika beliau tau bahwa suami saya seorang Kristen Protestan (Gereja daerah seperti GKJ), beliau menyuruh saya untuk membawa suami saya menjadi warga Gereja Katolik.
Dan kemarin ini, sewaktu istirahat siang, ibu-ibu lingkungan mengatakan hal yang sama, mengajak suami saya menjadi warga Gereja katolik. Sebelumnya, ketika saya ditawari 'tiket' untuk seminar ini oleh ketua lingkungan, saya masih mikir-mikir, namun akhirnya saya ikut juga setelah mendaftar di gereja dan bukan di lingkungan. Saya juga menawarkan pada suami saya, tapi mungkin karena belum sreg, dia ga mau. Saya tidak memaksa. Dan ketika saya berbincang dengan ibu-ibu ini, seolah-olah, mereka menyuruh saya untuk ikut karena perbedaan yang ada pada keluarga kami. Yaaaa mungkin ini hanya perasaan saya...mudah-mudahan....tetapi terus terang saya menjadi tidak nyaman dengan keadaan ini. Satu sisi saya ingin sekali aktif, sisi lain saya menjadi malas karena omongan-omongan itu.
Lain lagi dengan teman saya yang membawa 1 Petru 3:1 sebagai anjuran agar saya ikut suami.Semakin bingung lah saya....
Bagaimana saya harus menyikapinya Pastor?
Pikiran saya : mudah-mudahan dengan saya rajin di lingkungan, hati suami saya tergerak dan pindah...tapi kalau keadaan seperti ini, jadi malas juga ikut-ikut, hehehe....
Monday, April 7, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment